diposkan pada : 01-01-2025 12:06:20

Resi dan Tani

Bentuk kemunduran bangsa (Sunda) dari akar nilai sejarahnya, setidaknya nampak pada pergeseran pemahaman tentang ranah konsep dan ideologi menjadi ruang privat. Kondisi ini menegasikan nilai dari praktik tuntunan.

Dua hal menandai itu adalah bergesernya perihal pengertian guru atau resi -resi dalam konsep nilai tritangtu di buana adalah penopang keberwujudan nilai dan tatanan. Guru dahulu ada pilar dasar peradaban, namun hari ini guru tidak lebih hanya sebagai profesi dengan ruang aksi yang begitu privat.

Lalu, satu hal lain berikutnya adalah tani atau bertani. Tani ini gambaran sebuah praktik sosial, di dalamnya terdapat pembagian peran sentral subjek-subjek kemasyarakatn dalam ruang lingkup tertentu. Perbuatan bertani meniscayakan adanya kesetaraan antara laki-laki dengan perempuan namun bertanggung jawab dalam tugas kerja spesifik masing-masing.

Saat ini bertani sama halnya dengan guru, sudah menjadi profesi bahkan buruh. Ketika penerapan subjek itu sudah begitu privat dalam ruang publik, maka tidak ada lagi pembagian peran sentral pembangunan dan pemeliharaan tatanan. Orang menjadi saling serang karena masing-masing menjadi berhak atas alasan memenuhi kebutuhan tuntutan profesi atau buruh.

Dari bertani itu, sesungguhnya lahir pilar-pilar peradaban lain yang mengerucut kepada hadirnya disiplin-disiplin keilmuan seperti sosial, hukum, politik, dan lain-lain.

Sampai disnini dulu, bagaimana semangat kesiliwangian kembali mampu menjadi penawar terhadap pemulihan nilai dan tatanan makro peradaban saat ini.

https://potensinetwork.com/2024/12/27/degradasi-nilai-resi-dan-tani-ancaman-bagi-peradaban-sunda/